Rabu, 15 Oktober 2014
Disusun Oleh
Nama
:
|
KARUNIA
AFREZA
|
NIS
:
|
4448
|
Bidang
Studi Keahlian :
|
Teknologi
Informasi Dan Komunikasi
|
Kompetensi
Keahlian
Guru Pembimbing
:
|
Teknik
Komputer Dan Jaringan
|
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
SMK NEGERI 1
GELUMBANG.
TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
2013/2014
Latar Belakang
Peranan sejarah Islam dalam mewarnai sejarah dunia
cukup diperhitungkan para ahli sejarah Islam, walaupun akhir-akhir ini Islam
dipandang jauh tertinggal dibandingkan Barat, tetapi Barat juga harus mengakui
bahwa embrio ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat begitu spektakuler tidak
terlepas dari peran ulama-ulama Islam.
Periode modern merupakan masa kebangkitan Islam
kembali yang diwarnai oleh kemerdekaan negara-negara Islam serta kemunculan
para tokoh-tokoh pemikir pembaharuan Islam. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai hal tersebut.
1. PERIODE MODERN: MASA KEMERDEKAAN NEGARA ISLAM
Pada abad ke-18 dan 19, era modern diwarnai oleh
kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini banyak Negara
muslim yang telah merdeka khususnya di Asia dan Afrika, bersamaan dengan itu
muncul pula organisasi-organisasi dan partai-partai nasional yang mendasarkan
bentuk-bentuk pemerintahan pada prinsip-prinsip syari'at Islam.
A. Faktor yang Mempengaruhi
Kemerdekaan Negara Islam tentunya melalui proses yang
cukup panjang dalam memperoleh kemerdekaannya kembali, oleh karena itu adanya
faktor-faktor yang mendorong masyarakat di Negara muslim sangat memungkinkan,
di antaranya adalah:
- Benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah
menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang jauh tertinggal dari Eropa.
Turki Usmani adalah yang pertama merasakan itu sehingga memaksa penguasa
dan pejuang Turki untuk belajar di Eropa.
- Dorongan gagasan dua factor yang saling mendukung
dalam gerakan pembaharuan Is;am, pertama, pemurnian ajaran Islam dari
unsure-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
Kedua, gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat,
seperti gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah di Saudi Arabia dan Afrika
Utara.
- Bangkitnya gagasan Nasionalisme di dunia Islam
yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal umat
Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara nerdeka yang lepas dari
pengaruh Barat.
B. Kemerdekaan Negara Islam dan Pengaruhnya
Adapun Negara-negara Islam yang merdeka pada abad
ke-19 dan 20 diantaranya:
- Pakistan, merdeka pada tahun 15 Agustus 1947,
kemerdekaan Pakistan diperoleh dari penjajahan Inggris yang menyerahkan
kedaulatannya di India kepada dewan konstitusi, satu untuk India dan
Pakistan, adapun presiden pertamanya adalah Ali Jinnah.
- Mesir, negara ini merdeka secara resmi dri
penjajahan Inggris pada tahun 1922 tetapi pengaruh Inggris masih besar
melalui Raja Faruk, kemudian setelah tergulingnya Raja Faruk Mesir merasa
benar-benar sudah merdeka dibawah pemerintahan Jamal Abd al Naser pada
tahun 1958.
- Irak, memperoleh kemerdekaan secara formal pada
tahun 1932, tapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka pada tahun
1958.
- Syiria, Yordania, dan Lebanon. Negara-negara
sekitar Irak ini memproklamirkan kemerdekaannya sekitar tahun 1946.
- Negara-negara Afrika, Libya merdeka sekitar tahun
1951, sudan dan Maroko pada tahun 1956, sedangkan al Jazair memperoleh
kemerdekaan pada thun 1962. semuanya membebaskan diri dari penjajahan
Perancis, perlu diingat dalam kurun waktu hampir bersamaan ada Negara yang
juga memperoleh kemerdekaan, yaitu Yaman Utara, dan Yaman Selatan, serta
Emirat Arab.
- Negara-negara Asia Tenggara, Malaysia pada tahun
1957 dan Brunei Darussalam pada tahun 1984 juga menyatakan kemerdekaannya
dari Inggris.
2. PERIODE MODERN: MASA PEMBAHARUAN ISLAM
Periode ini merupakan kebangkitan Zaman Kebangkitan
Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun 1801, membuka mata
dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam
di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power, yang telah
pincang dan membahayakan Islam. Kontak Islam dengan Barat sekarang berlainan
sekali dengan kontak Islam dengan Barat di periode klasik. Pada waktu itu Islam
sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang, sebaliknya sedang
dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar dari
Barat.
Oleh karena itu, timbullah pemikiran dan aliran
pembaharuan atau modernisasi dalam umat Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan
pemikiran-pemikiran umat Islam yang membuat Islam maju. Usaha-usaha ke arah
itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Tetapi dalam pada itu, Barat
juga bertambah maju.
A. Kerajaan dan Negara Islam Beserta Era
Pembaharuannya
1. Kerajaan Mughal India
Kerajaan Mughal di India merupakan salah satu Kerajaan
Islam terbesar di dunia yang tidak dapat dilupakan dalam lintasan sejarah
peradaban umat Islam. Pendiri kerajaan ini adalah Zahiruddin Muhammad, dikenal
dengan Babur yang berarti singa.
Babur hanya dapat menikmati usaha merintis kerajaan
Mughal selama lima tahun. Setelah wafat (1530 M), pemerintahan diteruskan oleh
puteranya yang bernama Humayun. Tidak berbeda dengan ayahnya, ia juga menghiasi
kepemimpinannya dengan peperangan.
Pergantian demi pergantian raja terus berlanjut, dari
Sultan Akbar hingga Aurangzeb. Setelah wafatnya Aurangzeb, raja-raja kerajaan
tercatat semakin melemah. Kerajaan Mughal tidak hanya sebagai simbol dan
lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah
datang untuk biaya hidup tinggal di istana.
Dengan fenomena ikut andilnya Negara Inggris, maka
muncul dan menciptakan ide pembaharuan. Ide ini dicetuskan oleh Shah Waliyullah
Dehalwi (abad ke-18) yang telah menyebar ke seluruh India. Salah satu muridnya,
Shah Abdul Azizi, berusaha membersihkan ajaran-ajaran agama yang bukan dari
Islam. Ia berprinsip daerah-daerah yang dikuasai selain Islam, harus segera
direbut kembali. Dengan semangat tersebut, ia bersama para murid melakukan
perlawanan terhadap hegeemoni kekuasaan colonial Inggris. Namun, akhirnya ia
terbunuh dalam sebuah pertempuran di Balakot.
Meski terbunuhnya tokoh di atas, tidak menciutkan
nyali para tokoh lainnya. Maka muncul baru dari tokoh-tokoh Islam di India yang
ingin berjuang untuk kemerdekaan India dari penjajah. Salah satunya adalah
Sayyid Ahmad Khan. Ia mengajak umat Islam untuk belajar bahasa Inggris, dan
melakukan politik kompromi dengan Inggris. Dalam berbagai tulisan, seminar dan
pidato, Ahmad Khan menyampaikan misinya yaitu menginginkan agar umat Islam
mendirikan Negara sendiri, jangan bercampur dengan umat Hindu. Karena umat
Islam akan tersisih menjadi minoritas.
Pada 1885, orang India bergabung denganpartai politk
all Indian National Congress, tujuannya adalah untuk mendapatkan kemerdekaan,
baik kelompok Islam maupun non muslim dalam satu wadah. Namun, tokoh-tokoh
muslim mulai berpikir kembali bahwa imat Islam di India harus memiliki Negara
sendiri, maka terbentuklah Partai Liga Muslim pada tahun 1906 di Dhaka atas
prakarsa Nawab Vikarul Mulk dan Sir Salimullah.
Usaha tersebut tidak sia-sia. Pada 15 Agustus 1947,
mendapatkan tujuan yang dimaksud, yaitu memperoleh kemerdekaan dan mendirikan
negara sendiri yang berbasis Islam. Negara itu dinamai Pakistan, dengan
presiden pertamanya Ali Jinnah.
2. Mesir
Mesir mulai zaman modern ketika terjadi persinggungan
antara Barat (perancis) dan Mesir denan ekspedisi Napoleon tahun 1798. Ketika
Perancis angkat kaki dari Mesir pemerintahan diganti oleh Muhammad Ali Pasya
sebagai gubernur Turki Usmani. Ia memulai memodernisir Mesir, terutama di
bidang militer dan berkuasa hingga tahun 1848 yang kemudian digantikan oleh
anaknya, Ibrahim Pasya.
Tahun 1882 terjadi pemberontakan Urabi Pasya terhadap
Inggris yang menguasai Mesir. Negeri lembah Nil itu baru merdeka dari Inggris
tahun 1922. keturunan Muhammad Ali Pasya berkuasa di Mesir hingga tahun 1953,
ketiak Mesir dipimpin oleh Raja Faruq. Kemudian digantikan oleh Muhammad Naguib
dan Mesir berubah menjadi negara Republik. Ia menggalang persatuan dengan
Syiria yang diberi nama Republik Persatuan Arab pada tahun 1958. Namun,
persatuan itu tidak lama, hanya sampai September 1961.
B. Pemikiran Islam Modern
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu,
yaitu banyaknya muncul penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di
kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka
diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik,
pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan
modern dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute
mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu
diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap dogmatis agama.
Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang
bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme membuat orang
bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.
Pembaharuan dalam hal apapun, termasuk dalam konteks
keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab
cara dan pola berpikir manusia serta kondisi social masyarakat selalu berubah
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di segala bidang yang akhirnya
membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan
stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme serta adanya "pihak
luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong sebagian pemikir
untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang
panjang khususnya sejak bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna
dan hakekat pembaharuan. Dan yang masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa
umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat (setelah dahulu mengalami masa
keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat terhadap bangsa-bangsa
Islam semakin memperjelas ketinggalan dunia Islam akan segala hal. Bangsa yang
pertama kali merasakan ketertinggalan itu adalah Turki Usmani. Disebabkan
karena bangsa ini yang pertama dan yang utama menghadapi kekuatan Barat.
Pembaharuan yang dilakukan Turki Usmani diutamakan
dalam pranata social, politik, dan militer. Kerja keras para penguasa dalam
upaya memodernisasi kerajaan Turki Usmani membawa dampak yang baik bagi gerakan
modern di Negara-negara Islam lainnya seperti Mesir.
Pada dasarnya kelemahan dunia Islam itu terletak pada
bidang akidah yang sudah tercemari oleh berbagai khurafat dan bid'ah, juga
kelemahan dan ketertinggalan dalam bidang sains dan tekhnologi. Kemudian
kehadiran para tokoh modernis (pembaharu) itu pada umumnya untuk membangkitkan
kesadaran umat Islam. Berikut tokoh dan pemikirannya yang ikut andil dalam
mempebaharui kebangkitan Islam.
1. Pembaharuan dalam Bidang Akidah
a. Muhammad ibn Abdul Wahhab
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam
di masa modern sejak abad kesembilan belas. Walaupun ia sendiri hidup di abad
sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami gerakan-gerakan pembaharuan Islam pada
abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya masih terasa hingga kini.
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia
Tengah pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang hakim di
kota kelahirannya. Di masa pemerintahan Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan
mengajar fiqh dan hadis di masjid kota tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah
seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar agama dari Ayahnya sendiri dengan
membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping belajar kitab-kitab agama aliran
Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah, Madinah dan Basra.
Sebutan Muahidun adalah nama yang diberikan kepada
kaum muwahhidun (kelompok pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena
pemimpinnya bernama Muhammad ibn Abdul Wahab.
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan
menonjol difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada
sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan mereka berkembang
menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak meninggalkan misi asalnya yaitu
pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi
tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut juga
tauhi ilm dan i’tiqad.
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah
dan tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian
syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata) dan syirik asghar
(syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap mahluk yang
tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan
riya’
b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M,
ayahnya bernama Abdul Hasan Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya
seorang Arab yang silsilahnya sampai kepada suku Umar Bin Khatab. Abduh
termasuk anak yang cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga petani miskin di
Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan studinya di al Azhar.
Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum
filsafat dalam pendidikan di al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara
berpikir orang-orang al-Azhar. Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan
keras dari para syekh al Azhar lainnya yang masih berpikiran kolot. Oleh karena
itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat pendidikan di al-Azhar tidak
berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa
Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia Islam.
Selain sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah
Islam di University of Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga
yaitu peran wanita. Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan
analisisnya bahwa ide-ide pemikiran Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu
ijtihad, penghargaan terhadap 'akal' (Rasionalitas), kekuasaan Negara harus dibatasi
oleh konstitusi, memodernisasikan sistem pendidikan Islam di al Azhar.
c. Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut
Tengah, pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikan bermula di madrasah al
Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di
al Azhar 1898 M dan berguru pada Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya
adalah: pembaharuan dalam bidang agama, social, ekonomi, memberantas khurafat
dan bid'ah. Serta paham-paham yang dibawa tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan
sikap aktif dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap
fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan
sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan
yang bersistem khalifah.
2. Pembaharuan dalam Bidang Politik
a. Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun 1839 dan meninggal
di Istanbul tahun 1897. Ia termasuk pembaharu yang berpengaruh di dunia Islam.
Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di
Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali Khan. Serta pernah
diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan beberapa tahun
kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris sudah ikut
campur dalam urusan nergeri Afganistan, maka Jamaluddin termasuk salah satu
orang yang menentangnya. Karena kalah melawan Inggris, maka ia lebih baik
meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak itulah, ia
berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu
juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat bahwa kemunduran
umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang
menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan
umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain.
Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran
Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk
kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan
persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai tuntutan
zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa solidaritas sesama
muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama.
Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil akan
berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih
menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide orisianal darinya,
yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat Islam
sedunia.
b. Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah orang pertama yang membuka
jalan pembaharuan di Mesir, kemudian beberapa tahun di akui sebagai the founder
of modern egypte. Berasal dari Turki, kelahiran Yunani pada tahun 1765 dan
wafat pada tahun 1849. Sejak kecil beliau telah bekerja keras untuk keperluan
hidupnya, sehingga tidak mempunyai waktu untuk sekolah dengan demikian beliau
tidak pandai baca tulis. Setelah dewasa Ali Pasya bekerja sebagai pemungut
pajak dan karena rajin bekerja beliau disukai oleh gubernur yang akhirnya
diangkat menjadi menantu.
Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki
mengirim bantuan tentara ke Mesir, di antara perwiranya adalah Muhammad Ali
Pasya yang ikut melawan Napoleon pada tahun 1801, setelah itu diangkat menjadi
colonel dan mulai saat itu Ali Pasya menjadi penguasa tunggal di Mesir. Akan
tetapi ia keasikan dengan kekuasaannya dan bertindak diktator.
Akhirnya Muhammad Ali dan keturunannya menjadi raja di
Mesir kurang lebih 1,5 abad lamanya. Akhir kekuasaanya pada tahun 1953. Jika
diteliti Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi beliau seorang yang
cerdas dan merupakan sosok ambisius menjadi penguasa umat Islam. Keambisiusannya
itu tampak dalam pembaharuan yang dilakukan terhadap kemajuan umat Islam,
diantaranya: perkembangan politik dalam negeri maupun luar negeri, seperti
membangun kekuatan militer, meningkatkan bidang pemerintahan, ekonomi dan
pendidikan.
3. Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan
a. al Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa'ah Badhawi Rafi' al Tahtawi,
lahir pada tahun 1801 di Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di Kairo. Seorang
pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada abad ke-19 dan seorang yang sangat
berpengaruh dalam usaha-uasaha gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad
Ali Pasya. Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan setelah kembali diangkat
menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan di sekolah
kedokteran.
Pada tahun 1836 didirikan sekolah penerjemah yang
kemudian dikepalai oleh al Tahtawi. Beliau bukan seorang penganut sekuler,
usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam bidang pendidikan,
kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau menginginkan Mesir maju seperti
dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan menurutnya
adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu pendidikan
merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah membentuk
manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon yaitu mencintai
tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa kebangsaan, persatuan,
tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia mengorbankan jiwa dan harta
untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi
menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa pintu
ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang dilontarkan al
Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan tetapi kehidupan
social juga harus seimbang, kebiasaan dictator raja seharusnya diganti dengan
musyawarah, syari'at harus sesuai dengan perkembangan modern, para ulama harus
belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari'at sesuai dengan kehidupan
modern, pendidikan harus bersifat social (termasuk tidak ada pembedaan bagi
perempuan). Umat Islam harus dinamis.
Kesimpulan
Wajah peradaban Islam era modern mempunyai beberapa
kategori. Pertama kategori sebagai masa kemerdekaan negara Islam. Pada abad
ke-18 dan 19, era modern diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam
tahun-tahun terakhir ini banyak negara muslim yang telah merdeka. Bersamaan
dengan itu muncul pula organisasi-organisasi dan partai-partai nasional yang
mendasarkan bentuk-bentuk pemerintahan pada prinsip-prinsip syari'at
Islam.
Kedua, masa pembaharuan Islam. Dalam kategori ini
terdapat beberapa konstribusi yang masih exist bahkan dikembangkan. Berbagai
bidang masih mewarnai pemikiran tokoh ini, diantaranya; bidang Akidah
diprakarasai oleh mantan Muhammad ibn Abdul Wahhab disusul oleh mantan Rektor
al-Azhar Mesir, Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad Rasyid Ridho. Keduanya
melakukan pembaharuan untuk menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah), rasionalitas
dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi,
pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan yang bersistem
khalifah.
Pembaharuan lainnya disusul dari berbagai macam
bidang. Baik itu politik, pendidikan. Pembaharuan tersebut dipelopori oleh
beberapa tokoh.. Semisal bidang politik dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya. Dia
diakui sebagai the founder of modern egypte. Pembaharuan yang dilakukan
diantaranya; perkembangan politik dalam negeri maupun luar negeri.
Bidang Pendidikan, pelopornya al Tahtawi. Menurutnya,
pendidikan merupakan sarana penting untuk meraih sejahtera. Selain itu, tujuan
dari pendidikan adalah membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan
istilah hubbul wathon yaitu mencintai tanah air. Dalam hal agama dan peranan
ulama, ia menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia
modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti
bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)