Senin, 02 Maret 2015
By : Karunia afreza
Sejarah Awal Mula Islam
Tahukah Anda tentang Awal Mula Sejarah Islam di
dunia maupun sejarah masuknya islam di Indonesia? Pada kesempatan kali ini
awalmula.com akan berbagi informasi untuk menambah ilmu pengetahuan kita
terutama tentang sejarah agama islam. Karena mempelajari sejarah sangatlah
penting
sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab suci
al-Qur’an ayat 111 yang artinya “mempelajari sejarah terdapat ibrah (pelajaran).
Mengapa demikian? Karena dengan mempelajari sejarah di masa lampau, kita dapat
mengambil pelajaran untuk masa yang akan datang sebagai planning atau konsep
yang lebih baik. Dan tentunya kita semua tahu hadist Rasulullah SWT yang
berbunyi “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini”.
Untuk itu marilah kita selalu mempelajari
sejarah-sejarah yang ada didunia sebagai konsep hidup yang lebih baik.
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad
s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat
wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam
berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti
kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman,
Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang
besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya
muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak
kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam
jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu
kekaisaran Islam terakhir tumbang.
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan
sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab
merupakan penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan
Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat
berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta
Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun
Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang
tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib.
Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun,
beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar
ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal
sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan
seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya
hijrah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi
setelah hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama
Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam
yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil
menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah
Arab di bawah penguasaan Islam.
Sejarah Masuknya Islam di Indoonesia:
Sejarah Masuknya Islam di Indoonesia:
1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke
Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang
sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang
telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur
sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.
Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan
fungsi seseorang untuk berperan sebagai dai (juru dakwah). Kewajiban berdakwah
dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap
masyarakat dalam Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang
mempunyai otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam
Syahid Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai
sebelum profesi-profesi lainnya.
Sampainya dakwah di Indonesia melalui para
pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa
akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat
ketika berbenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia
dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya
Islam.
Sebagai
contoh masuknya agama Kristen ke Indonesia ini berbarengan dengan Gold (emas
atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau kekuasaan) selain Gospel yang merupakan
motif penyebaran agama berbarengan dengan penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan
Islam dengan cara yang damai.
Begitulah Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara,
dari komunitas-komunitas muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang
menjadi kota-kota pelabuhan dan perdagangan dan terus berkembang sampai
akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai Aceh sampai Ternata dan
Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang wilayahnya
sampai ke Irian jaya.
2. Babak kedua, abad 13 masehi.
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan
Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan
kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit
berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini
dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden
Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan
Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai
bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat
lokal.
Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan
Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo
mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui
saluran-saluran:
a) Perdagangan
b) Pernikahan
c) Pendidikan (pesantren)
a) Perdagangan
b) Pernikahan
c) Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli
dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra
Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam
penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat
selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
d) Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada
masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai
media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai
Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya
egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan
dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional
(daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini
sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai
Islam.
e) Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di
Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.
3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah
kerajaan Hindia Belanda kedaerah Nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi
akhirnya menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC,
semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda
kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum sempat
membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran
dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang
tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya,
ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang,
mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri
(peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan
penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah
di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin
beserta ulamanya.
Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad 13
menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan
adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya
berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu
penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan
strategi-strategi:
• Politik devide et impera, yang pada kenyataannya
memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang
Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
• Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye
alias Abdul Gafar seorang Guru Besar keIndonesiaan di Universitas Hindia
Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia
berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan
ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik
praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya
adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena
pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
4. Babak keempat, abad 20 masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai
melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya
membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di
Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa
Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan
ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan hadist dan akan dijadikannya
boneka-boneka penjajah.
Selain itu
juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi
oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat
melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa
ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah
organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama
di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata
sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo
yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam
dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.
Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS
Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang
kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya
menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang
inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam di bawah
pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh
Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para
pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang
berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928.
Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam
institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan
lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis
Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis
Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan
institusi-institusi ke-Islaman tersebut.
Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi
untuk memecah-belah kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan
membentuk kementrian Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang
dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan
Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di
daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan akibatnya
membuat umat dapat terbodohi.
Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan
fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia
Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya
keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama.
Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan “7 kata
“ lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya
yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara berdasarkan kepada
Ketuhan Yang Maha Esa.
5. Babak kelima, abad 20 & 21.
Pada babak ini proses dakwah (Islamisasi) di
Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan
pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan
membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya
kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan
berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara
struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat
membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur
masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat.
Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang
merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota
muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan
merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah
mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia,
tetapi masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan
kuantitasnya.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)